Menumbuhkan Jiwa Kewirausahaan (Bag. 2)

Pandai melihat peluang

Seseorang yang ingin berwirausaha harus pandai melihat situasi, sehingga mengetahui barang apa yang dibutuhkan pada saat itu. Bila orang “gedean” bernegosiasi dengan main golf, maka sebagai wirausaha baru, kita bernegosiasi melalui even-even kecil, misalnya arisan, di sekolah ketika menunggu anak pulang, di pasar dengan langganan belanja. orang per orang lama-lama produk kita akan dikenal, dan bila produk kita memang memiliki kelebihan, mereka pasti “ketagihan” untuk membelinya.

Tidak malu

Malu adalah sifat yang sangat menghambat ketika kita akan berwirausaha. Hilangkan rasa malu, karena usaha yang kita lakukan “halal”, tidak mengganggu kepentingan orang lain. Ketika usaha kita baru berdiri, tentu saja semua pekerjaan sampai pemasaran kita sendiri yang melakukan. Hal ini bukan sesuatu yang memalukan. Bukankah banyak contoh pengu-saha yang berawal dari keadaan yang demikian, memulai dengan susah payah dari bawah?

Berani beda

Hal ini perlu ditempuh agar produk kita laku di pasaran. Berbeda yang dimaksud misalnya, beda rasa, beda kemasan, beda harga, beda cara pemasaran, beda pelayanan, beda pelayanan, dan sebagainya. Sesuatu yang berbeda sangat mudah dikenang pembeli.

Jujur

Merupakan modal penting karena wirausaha berhubungan dengan orang banyak. Kejujuran akan membawa pada kepercayaan konsumen kepada kita. Hal apapun yang berkaitan dengan produk kita, harus dinyatakan secara jujur (tidak ditutup-tutupi). Bukankah sepandai-pandai membungkus yang busuk berbau juga?

Menepati janji

Wirausaha akan berhasil sangat tergantung pada jaringan pemasaran yang kita bina. Pelanggan / konsumen tidak akan lari dari kita ketika semua yang dijanjikan dari kita dipenuhi. Sebagai contoh : janji pemberian bonus bagi yan dapat menjualkan produk kita dalam waktu kurang seminggu, maka ketika itu terjadi kita harus memenuhinya.

 

Share
← Prev Project Back to Works Next Project →