Keenam, tidak ada persiapa terlebih dahulu, calon peserta pelatihan tidak mendapatkan informasi yang memadai mengenai materi pelatihan, sehingga peserta yang datang ke pelatihan dengan “kepala kosong”, padahal guna dari pelatihan itu sendiri adalah untuk mengatasi dan menyelesaikan maslaah yang ada di perusahaan setelah calon peserta kembali ke perusahaannya. Karena itu calon peserta pelu untuk mengetahui keterkaitan pelatihan dengan pekerjaan mereka sehingga mereka akan datang dengan sejumlah target. Dengan demikian pelatihan akan menjadi sesuatu yang menarik.
Ketujuh, kurangnya coaching dan monitoring dari atasan. Banyak pelatihan yang terlepas dari program manajemen kinerja dalam perusahaan. Akibatnya pelatihan tersebut hanya menjadi transfer of knowledge saja, dan tidak menghasilkan perilaku kinerja yang lebih baik. Keputusan untuk mengikuti pelatihan hendaknya dilakukan bersama dengan atasan dan karyawan dan didasari dengan apa yang dibutuhkan oleh karyawan untuk meningkatkan kinerjanya. Setelah pelatihan usai, atasan perlu untuk memonitoring perubahan perilaku karyawannya dan memberikan umpan balik yang konstruktif. Pelatihan demi perubahan perilaku ini adalah sebuah perubahan jangka panjang. Hal ini biasanya terjadi dalam jangka waktu 3 bulan, karena itu atasa diminta untuk meninjau perubahan karyawannya dan mendiskusikan setelah 3 bulan pelatihan dilaksanakan.
Kedelapan, tidak ada follow up dalam bentuk projek. Banyak pelatihan yang hanya sekedar menjawab “teori” yang tidak pernah diterapkan dalam dunia nyata. Guna dari pelatihan sebenarnya adalah untuk memberikan pencerahan, tetapi tidak menghasilkan perubahaan perilaku apapun. Kelemahan banyak perusahaan adalah tidak adanya komitmen dan rencana teori dan tindakan yang jelas.
Kesembilan, pelatihan seringkali dianggap sebagai satu-satunya intervensi dalam organisasi. Padahal masalah dalam organisasi seringkali terjadi karena kombinasi berbagai faktor. Mungkin individunya ingin berubah tetapi sistem, proses, dan prosedurnya tidak mendukung. Karena hal semacam inilah individu tersebut akan kembali ke perilaku yang lama. Karena itu organisasi perlu memiliki suatu sistem pengembangan SDM terpadu di berbagai bidang seperti seleksi dan rekrutmen, sistem penilaian dan manajemen kinerja, pengembangan karier, kompensasi, proses kerja dan sebagainya.
Kesepuluh, tidak adanya pengukuran baik sebelum maupun sesudah pelatihan. Perlu untuk diketahui bahwa pelatihan adalah sebuah investasi jangka panjang yang mahal. Karena itu anda harus mengetahui seberapa besar pelatihan ini mendatangkan keuntungan bagi perusahaan yang anda kelola.
Itulah penyebab-penyebab kenapa pelatihan yang dilakukan berjalan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan. Menurut kami hanya ada satu ukuran keberhasilan dalam pelatihan, yaitu adanya perubahan di dalam organisasi. Perubahan ini harus dapat diukur dan terjadi di lima level perubahan yaitu perubahan dalam reaksi peserta, perubahan dalam pengetahuan, perubahan dalam keahlian, dampak terhadap bisnis dan return on investment.
Source:
Arvan Pradiansyah, You Are A leader, Jakarta: PT. Elex Media Kompetindo, 2006